Buka Setiap Hari. Sebaiknya konformasi dulu sebelum datang.
CP Telepon/SMS Watsapp: Ibu kunarti 0856-0214-2221 atau Pak Didit Sofyan 0852-2735-7992

Senin, 30 September 2013

Pengobatan At-Thibbun Nabawi BUKAN Pengobatan Alternatif

tema AT THIBBUN NABAWI

Pengobatan At-Thibbun Nabawi BUKAN Pengobatan Alternatif
 


Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyyah yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu 'anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِن، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَ رٌٌْ، وَلَ سٌَْ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِن، إِنْ أَصَابَهُ سَرَّاءٌ شَكَرَ، فَكَانَ خَ رًٌْا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَهُ ضَرَّاءٌ صَبَرَ فَكَانَ
خَ رًٌْا لَهُ
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kelapangan, ia bersyukur. Maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada kaum mukminin, Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadits Abdullah bin Mas„ud radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ صٌُِ بٌُْهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَ ئٌَِّاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
(HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)
Di sisi lain, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan penyakit, Dia pun menurunkan obat bersama penyakit itu. Obat itupun menjadi rahmat dan keutamaan dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya, baik yang mukmin maupun yang kafir. Rasulullah saw bersabda dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
ءً ا لاَّ ءً ا
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.”
(HR. Al-Bukhari no. 5678)
Abdullah bin Mas‟ud radhiallahu 'anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadits ini dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 451)
Jabir radhiallahu 'anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
اٍ وَ اٌ، فَإِذَ صِيْبَ وَ اُ لاَّ د اِ بَرَ بِإِذْنِ عَ لاَّ وَجَللاَّلِكُلِّ “Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.” (HR. Muslim no. 5705)
Al-Qur`anul Karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.
PelatihanSehingga MESTINYA KITA TIDAK TERLEBIH DAHULU BERPALING DAN MENINGGALKANNYA UNTUK BERALIH KEPADA PENGOBATAN KIMIAWI YANG ADA DI MASA SEKARANG INI. (Shahih Ath-Thibbun Nabawi, hal. 5-6, Abu Anas Majid Al-Bankani Al-„Iraqi)
Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: “Sungguh para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan kimiawi .
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: „Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan‟.” Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.” (Ath-Thibbun Nabawi, hal. 6, 29)
Dengan demikian, TIDAK SEPANTASNYA SEORANG MUSLIM MENJADIKAN PENGOBATAN NABAWIYYAH SEKEDAR SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF. JUSTRU MENJADIKANNYA SEBAGAI CARA PENGOBATAN YANG UTAMA .
karena kepastiannya datang dari Allah swt lewat lisan Rasul-Nya . Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi saw diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba. (Fathul Bari, 10/210)
Namun tentunya, berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hamba tidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan sakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan bergantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah swt . Seorang hamba hendaknya selalu bersandar kepada-Nya dalam segala keadaannya. Hendaknya ia selalu berdoa memohon kepada-Nya agar menghilangkan segala kemudharatan yang tengah menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Siapakah yang mengijabahi (menjawab/ mengabulkan) permintaan orang yang dalam kesempitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan (siapakah) Dia yang menghilangkan kejelekan?” (An-Naml: 62)
Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu‟ara`: 80)
PRINSIP PENGOBATAN ISLAMI
1. Prinsip Keyakinan; yaitu berkeyakinan bahwa yang menyembuhkan adalah Allah, sehubungan dengan itu dalam merawat pasien hendaknya secara baik dan sesuai syariat Islam (Al Quran & As-Sunah)
2. Menggunakan obat yang halal dan baik, tidak sekali-kali menggunakan bahan yang haram atau
bercampur dengan bahan yang haram.
3. Prinsip pengobatan tidak membuat mudharat (bahaya) , dengan tidak mengakibatkan kerusakan apalagi hingga menjadi kecacatan tubuh, terkecuali bila sangat darurat dan tidak ada pengobatan lain selain dengan menggunakan itu.
4. Pengobatan tidak berbau tahayul, khurafat & bid’ah
5. Prinsip mencari yang lebih baik berdasarkan kaedah Islam & ilmu perobatan 6. Mengambil sebab melalui ikhtiar serta tawakal serta selalu berikhtiar mencari yang terbaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar